Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Orang Tua Surgamu Bukan Pembantumu : Sayangi Mereka Di Usia Senja

Salam Hangat Dan Hormat

Kepada pembaca dan pengunjung sekalian

Orangtua Surgamu Bukan Pembantumu, 
                                Sayangi mereka di Usia senja.

Manusia dilahirkan dengan berbagai cerita yang beragam. Tidak bisa meminta siapa yang akan menjadi orangtua dan darimana asal mereka. Kaya dan miskin juga bukan pilihan. Ibu dan ayah yang kita sebut sebagai orangtua.

Ibu surgamu di dunia

Kasih sayang ibu tak pernah tergantikan. Sembilan bulan proses kehamilan menjadi hal yang menegangkan. Beragam rasa bercampur aduk menjadi satu. Rasa sakit di awal kehamilan sampai proses persalinan menjadi rahasia seorang ibu. Fase awal trisemester pertama menjadi momok untuk seorang ibu, rasa takut dan cemas yang mengiringi hari-hari seorang ibu. Begitu juga di trisemester kedua dan ketiga. Bukan sebuah rahasia, seorang ibu pun tersiksa dan merasakan sakitnya mempertahankan kandungan. Apabila, seorang ibu terkena sakit atau demam ringan. Ibu hanya menahan sakitnya sendiri, ia akan menghindarkan obat untuk kesembuhannya. Apalagi, seorang ibu karir yang bekerja untuk mencukupi ekonomi keluarganya. Berulang kali rasa itu dirasakan. Namun, tergantikan oleh datangnya bayi yang mereka harapkan tumbuh dan besar.

Hari-hari seorang ibupun bertambah dengan masalah baru. Pekerjaan seorang ibu dua kali berlipat ganda dengan kelahiran seorang anak. Sungguh, tidak terbayangkan bila anak nya lebih dari satu orang. Memasak, sambil mencuci, bahkan anaknya pun dalam gendongan. Sungguh luar biasa, Begitulah keseharian seorang ibu yang semakin habis waktunya sampai lupa memikirkan dirinya sendiri. Itu semua demi seorang anak.

Ayahmu seorang pemimpin

Ketegasan seorang ayah, tidak diragukan lagi. Setiap keputusannya adalah absolut. Tidak bisa terbantahkan. Jiwa seorang ayah juga muncul saat pertama kali istrinya tersenyum lebar dan berkata “Mas aku hamil “ atau “sayanggg aku Positif hamil”. Laksana hujan di saat terik matahari. Perasaan gembira yang tumpah ruah mengisi waktu seorang Pria yang akan mendapat gelar seorang ayah.

Setiap keluh kesah istrinya akan dipenuhi dengan rasa tanggung jawab. Seorang ayah akan menjaga dan selalu merasa khawatir terhadap janin yang masih di dalam kandungan. Seorang ayah mampu mengabulkan permintaan aneh istrinya yang tidak masuk akal. Itu semua demi siapa? Demi sang buah hati.

Kelahiranpun menjadi obat mujarab atas keragu-raguan seorang ayah. Segera ia akan menjadi manusia yang paling kuat melindungi bayinya, anaknya dan sampai menghantarkan ke jenjang pernikahan. Ayah adalah Pemimpin di sebuah keluarga, setiap keputusan kembali padanya, dan ia akan memutuskannya dengan kebijaksanaan.

Gambaran Ibu dan ayah di atas bisa saja tidak kita alami. Namun, gambaran tersebut benar adanya. Beberapa hal diluar itu. Bukan merupakan skenario manusia kita hanya pelaksana. Siapa orangtua? Itulah mereka ayah dan ibumu. Yang menjadi orangtua juga merasakan sebagai ayah dan ibu.

Surgamu Bukan Pembantumu

Ibu...ibu...ibu lalu Ayah. Penulis mengajak pembaca merenung kembali atas masa-masa indah bersama mereka. Hendaknya mereka mendapatkan SURGA di masa tuanya. Moderenitas kehidupan keluarga muda saat ini sungguh berbeda di Indonesia. Kebudayaan mulai luntur, keyakinan mulai dikaburkan, dan landasan moral sudah ditinggalkan.

Lihatlah sekeliling mu, sekeliling kita. Ada saja mereka. Orangtua yang kehilangan surga mereka di usia senja. Mereka rindu mengingat masa-masa muda. Mengenang masa-masa mengasuh anak-anaknya. Bermimpi atas kebahagiaan anaknya. Kesedihan dan renungan mereka hanya tertuju ketika anak-anaknya kehilangan arah atau tidak punya landasan yang kuat untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Disekitar kita banyak orangtua yang telah menjadi Pembantu lebih kerennya pengasuh anak. Rasionalitas ekonomi tidak lagi jadi alasan untuk seorang anak melimpahkan cucu. Kepada siapa? Kepada nenek dan kakek. Ya...bisa jadi orangtua kita. Persamaan gender juga menjadi sumbangsih alasan yang tidak masuk akal. Landasa nilai-nilai ekonomi lebih tinggi mengalahkan nilai-nilai mulia keyakinan.

Orangtua saat ini beberapa diantara kita menjadi seorang pembantu. Membantu keluhan anak-anaknya. Alasan sibuk dalam pekerjaan menjadi penyumbang atau faktor utama orangtua dilimpahi tanggung jawab sebagai seorang Pembantu lebih tepatnya pengasuh. Penulis mengatakan pembantu karena beberapa hal ; (1) orangtua tidak hanya mengasuh tapi juga membersihkan dan menjaga keadaan rumah dari cucu-cucunya. (2) orangtua menjadi pesuruh yang tanpa dperintahkan dia bersedia. Demi siapa ? Demi permintaan anak nya (3) orangtua manjadi sasaran luapan emosi anak-anaknya bila ada yang kurang berkenan terjadi pada seorang cucu.

Tiga hal tersebut penulis cukupkan untuk membuat kita semua berfikir. Saya yakin anda melihat peristiwa seperti itu di lingkungan sendiri atau mendapatkan cerita pengalaman seperti itu. Hal tersebut sebenarnya tidak akan terjadi bila ada pembenahan pola pikir kepada manusia saat ini. Yang menuhankan ekonomi untuk alasan kemewahan atau hanya memikirkan isi perut.

Orangtua selayaknya mendapat prilaku seperti di surga atas semua kasih sayangnya terhadap kita “bila pernah menjadi anak”. Peristiwa ini bisa terjadi pada orangtua siapa saja?

Anda, saya, atau kita? Siapapun bisa jadi pembantu di masa tuanya. Ubahlah pemikiran kita, orangtua adalah ladang surga. Mereka tidak akan mengeluh atas kekurangan ketika membesarkan kita. Mereka tidak akan marah untuk kesalahan-kesalahan kecil saat kita kecil.

Renungkanlah...Itu orangtuamu bukan pembantumu. Cukupkanlah dengan tidak mengeluh atau membawa kesedihan untuk mereka. Cukupkanlah masalah kita selesaikan sendiri.

INGAT ! kita juga kan menua dan menjadi orangtua. Apa yang kita lakukan saat ini akan kembali terjadi pada kita. Asuh anakmu sendiri seperti orangtuamu mengasuhmu. Berikan mereka surga terindah di hari tua. Bahagialah untuk para orangtua dimanapun anda berada. Biarkan orangtua hanya tersenyum melihat tumbuh kembang cucu-cucunya dan berkata “Sayang, kita berhasil mendidik mereka”.  Sekian

14 september 2017 sekilas lalu dikamarku.

“Penulis hanya Ber-Opini dan kembali lagi anda para pembaca untuk mengolah”
untuk para Orangtua

Salam Hormat


Penulis
Halley Kawistoro
Halley Kawistoro Seorang Tenaga Pengajar di Sekolah Menengah Pertama yang ingin menyalurkan kemampuan di bidang Menulis dan bermanfaat Bagi Orang Lain

Post a Comment for "Orang Tua Surgamu Bukan Pembantumu : Sayangi Mereka Di Usia Senja"